Sejarah Perjalanan Global TikTok: Dari Pembatasan hingga Strategi Bisnis

By TeknologiEdu.com

Published on:

Sejarah TikTok

TikTok adalah sebuah platform media sosial yang sangat populer yang memungkinkan pengguna untuk membuat, menonton, dan berbagi video berdurasi 15 detik yang diambil menggunakan perangkat seluler atau webcam.

Aplikasi ini menonjol berkat konten video pendek yang unik, diperkaya dengan musik dan efek suara, serta menarik perhatian pengguna dengan tingkat keterlibatan yang tinggi.

Pengguna, baik yang amatir maupun profesional, memiliki kemampuan untuk memperkaya video mereka dengan berbagai efek seperti filter, musik latar, dan stiker.

Mereka juga dapat berkolaborasi dalam menciptakan konten, termasuk membuat video duet dengan tampilan layar terpisah, bahkan jika berada di lokasi yang berbeda.

Apa yang Dapat Diketahui tentang TikTok?

TikTok merupakan aplikasi media sosial yang fokus pada pembuatan dan konsumsi video berformat singkat dengan durasi antara 15 hingga 60 detik oleh pengguna.

Meskipun formatnya cenderung mengarah pada hiburan dan komedi, namun kini semakin banyak digunakan untuk infotainment. Para pengaruh dengan audiens tetap di TikTok menyajikan potongan nasihat, tips, dan promosi diri.

Kecantikan, mode, keuangan pribadi dan anggaran, serta memasak adalah topik populer dalam video informatif. Secara perlahan, format ini menjadi sarana untuk mempromosikan dan menjual produk.

Diluncurkan pada tahun 2018, TikTok dengan cepat menjadi salah satu dari jajaran raksasa media sosial. Pada September 2021, jumlah pengguna aktif bulanan mencapai sekitar satu miliar secara global.

Laporan pemasaran dari data.ai (sebelumnya App Annie) tahun 2022 memperkirakan bahwa TikTok akan mencapai lebih dari tiga miliar unduhan di seluruh dunia dan pengeluaran pengguna akan mencapai tiga miliar dolar di iOS dan Google Play pada akhir tahun tersebut.

Seperti halnya semua perusahaan media sosial, TikTok terus menjadi fokus kekhawatiran terkait potensi penggunaan atau penyalahgunaan informasi pribadi yang dikumpulkannya tentang penggunanya. Yang membedakan adalah bahwa sebagian besar saham TikTok dimiliki oleh perusahaan asal China.

Awal Mula TikTok

Pemilihan nama TikTok bertujuan untuk mencerminkan esensi dari format video singkat yang diusungnya. Diperkenalkan pada bulan September 2016 oleh perusahaan rintisan asal Tiongkok, ByteDance, platform ini dikenal sebagai Douyin di China. Pertumbuhan fenomenal TikTok benar-benar dimulai pada akhir tahun 2017, ditandai dengan akuisisi pesaingnya, Musical.ly, dan migrasi 200 juta akun ke platform TikTok.

Pada pertengahan tahun 2020, ByteDance dilaporkan memiliki valuasi hingga $140 miliar, didasarkan pada penjualan saham perusahaan yang bersifat pribadi. TikTok sendiri diperkirakan bernilai sekitar $50 miliar, menjadikannya sebagai salah satu perusahaan rintisan paling bernilai di dunia.

Dunia Bisnis TikTok

Strategi pemasaran di TikTok terus berkembang, dengan semakin banyak agensi yang bersemangat membantu merek menciptakan konten yang unik dan mendapatkan perhatian di platform ini. Iklan konvensional yang hanya menonjolkan kualitas produk tidak lagi efektif. Kampanye yang ringan, menyenangkan, dan dilengkapi dengan musik menjadi favorit. Tujuan utamanya adalah mencapai viralitas di platform ini dan mendorong pengguna TikTok untuk ikut serta.

Beberapa kampanye pemasaran yang sukses di TikTok mencakup:

  1. Rantai restoran Chipotle melakukan kampanye Halloween dengan memberikan kupon “Boorito,” mendorong pengguna TikTok untuk berdandan sesuai tema liburan dan membagikan gambar mereka. Kampanye ini mencapai empat miliar tayangan.
  2. e.l.f. Cosmetics bekerja sama dengan sejumlah influencer media sosial untuk membuat acara realitas online dan kontes dengan hashtag #eyeslipsface. Kampanye iklan ini berhasil meraih 9,4 miliar klik hingga Juli 2022.
  3. NBA mendaftar akun dan mencatat lebih dari 15,8 juta penayangan hingga Juli 2022 dengan tujuan meningkatkan kesadaran global tentang NBA, terutama di kalangan pemuda.

TikTok memiliki kantor di berbagai kota seperti Beijing, Berlin, Jakarta, London, Los Angeles, Moskow, Mumbai, Seoul, Shanghai, Singapura, dan Tokyo.

Sumber Pendapatan Lain dari TikTok

Sebagaimana halnya banyak platform media sosial lainnya, TikTok juga mendapatkan pendapatan dari pembelian dalam aplikasi. Pengguna memiliki opsi untuk membeli koin dengan harga bervariasi, mulai dari 99 sen hingga $99,99, dan koin tersebut dapat digunakan untuk memberikan tip kepada kreator favorit mereka di platform ini.

Menurut laporan industri pada tahun 2019, perusahaan ini meraup pendapatan sebesar $80 juta dari pembelian dalam aplikasi secara global. Pada kuartal pertama tahun 2019, pengeluaran pengguna mencapai perkiraan $189 juta secara global, menandai peningkatan sebesar 222% dari pendapatan aplikasi pada periode yang sama pada tahun 2018.

Angka ini terus melonjak hingga melebihi $2,3 miliar pada tahun 2021, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan penggunaan media sosial selama masa lockdown dan pembatasan lainnya akibat pandemi COVID-19. Hingga bulan Juni 2022, TikTok telah menghasilkan pendapatan sekitar $5,5 miliar sepanjang sejarahnya.

TikTok baru memulai penayangan iklan tampilan pada tahun 2019. Sebaliknya, merek membuka akun pengguna di TikTok dan, seperti pengguna lainnya, membuat serta membagikan mini-video. Merek tersebut dapat membayar untuk mempromosikan video mereka kepada pengguna lain dengan tujuan utama menjadi viral dan mendorong penyebaran, sehingga menarik perhatian audiens besar terhadap pesan merek mereka.

Penggunaan TikTok

TikTok telah menjadi salah satu platform media sosial terkemuka di seluruh dunia dan dapat diakses di lebih dari 150 pasar dengan lebih dari 35 bahasa yang mendukungnya. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari 3,5 miliar kali di seluruh dunia, menjadikannya sebagai salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh sepanjang masa.

Berikut adalah sejumlah karakteristik demografis yang mencolok dari pengguna TikTok:

  1. Sekitar 40% dari pengguna berada dalam kelompok usia 18 hingga 24 tahun.
  2. 56% dari pengguna adalah perempuan.
  3. Sekitar 141 juta pengguna aktif berasal dari Amerika Serikat.
  4. Pengguna rata-rata menghabiskan waktu sekitar 46 menit per hari di dalam aplikasi ini.

TikTok dan Isu Politik

Mirip dengan banyak platform media sosial lainnya, TikTok tidak lepas dari kontroversi. Pada pertengahan tahun 2020, TikTok bersama dengan sejumlah aplikasi asal Tiongkok dilarang di India atas alasan dianggap sebagai ancaman terhadap kedaulatan negara. Langkah ini terjadi dalam konteks meningkatnya ketegangan antara kedua negara.

TikTok juga mengalami larangan di Bangladesh. Selain itu, platform ini pernah dilarang sementara di Indonesia karena masalah seperti “pornografi, konten yang tidak pantas, dan penodaan agama.” Larangan tersebut dicabut seminggu kemudian setelah perusahaan berkomitmen untuk menghapus semua konten yang tidak sesuai dari platform dan mendirikan kantor lokal untuk memantau serta membersihkan konten.

Pada Februari 2019, TikTok membayar denda sebesar $5,7 juta di Amerika Serikat sebagai penyelesaian atas tuduhan bahwa mereka secara ilegal mengumpulkan informasi pribadi dari anak-anak. Denda ini merupakan denda perdata terbesar yang pernah diterima oleh Federal Trade Commission (FTC) dalam kasus privasi anak-anak.

TikTok dan Kebijakan Pemerintahan Trump

Mulai bulan Juli 2020, Presiden Donald Trump saat itu menggempur TikTok secara terbuka, mengancam akan melarang aplikasi tersebut dari Amerika Serikat dengan alasan potensi penggunaan data penggunanya oleh Partai Komunis Tiongkok untuk melakukan pengawasan terhadap warga AS. Presiden menekankan pentingnya penjualan TikTok kepada entitas yang berasal dari Amerika Serikat untuk menghapus potensi ancaman tersebut.

Kekhawatiran seputar penggunaan dan penyalahgunaan informasi pribadi oleh perusahaan media sosial menjadi perhatian bipartisan di Washington, mendapatkan dukungan dari beberapa pihak. Namun, hingga bulan September 2020, Trump mengumumkan bahwa ia telah berhasil menyelesaikan isu tersebut. TikTok di Amerika Serikat direncanakan akan dipisahkan dari induk perusahaannya yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, dan akan diinkorporasikan sebagai entitas perusahaan Amerika Serikat.

Kesepakatan yang diusulkan menciptakan entitas baru, TikTok Global, di mana Oracle akan memiliki saham sekitar 12,5% dan bertindak sebagai penyedia layanan awan di Amerika Serikat. Meskipun tujuan kesepakatan ini mungkin untuk mengurangi kekhawatiran terkait pengumpulan data oleh Tiongkok, tetapi perubahan substansial tampaknya minimal. Data TikTok dari pengguna AS selalu disimpan di Amerika Serikat, sehingga hanya melibatkan perpindahan dari satu layanan awan ke layanan awan lainnya.

Sementara itu, Walmart juga setuju secara awal untuk membeli saham sekitar 7,5% di TikTok Global, dengan rencana untuk menyelenggarakan acara belanja langsung di platform TikTok. Sebagian besar, sekitar 80%, tetap dimiliki oleh ByteDance.

Meski kesepakatan awal ini menghadapi beberapa tantangan hukum, dan masa depan kesepakatan tersebut tetap tidak pasti di bawah pemerintahan Biden. Pada konferensi pers di Gedung Putih pada 10 Februari 2021, Juru Bicara Jen Psaki membantah bahwa Presiden Biden telah menetapkan kebijakan baru terkait TikTok. Psaki menegaskan bahwa evaluasi komprehensif terhadap risiko data AS, termasuk dari TikTok, sedang dilakukan, dan penanganannya akan dilakukan dengan tegas dan efektif. Namun, tidak ada jadwal yang ditetapkan untuk selesainya tinjauan semacam itu.

Tantangan Terbaru

TikTok sedang menghadapi masa depan yang tidak pasti di Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE). Upaya legislatif di AS untuk langsung melarang penggunaan TikTok telah gagal beberapa kali, diperparah oleh popularitas aplikasi ini dan upaya lobi intensif dari perusahaan induknya, ByteDance.

Aplikasi ini menjadi sorotan karena kekhawatiran terhadap potensi penambangan data pengguna AS oleh pemerintah Tiongkok, serta dampak yang mungkin timbul dari fungsi “For You” dalam aplikasi. Ada kekhawatiran bahwa algoritma yang mengatur fungsi “For You,” yang masih belum terungkap sepenuhnya, dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi perilaku pengguna dan mungkin digunakan untuk menyampaikan pesan politik, termasuk potensi campur tangan dalam pemilihan AS.

Salah satu kemungkinan hasilnya adalah ByteDance melepaskan sebagian kecil kepemilikannya (sekitar 20%) kepada entitas AS, dengan Oracle dan Walmart disebut sebagai mitra AS yang paling potensial. Proposal semacam ini diajukan pada tahun 2020, di mana kedua perusahaan tersebut diharapkan akan membeli masing-masing 10% dari entitas baru yang diberi nama TikTok Global.

TikTok Global direncanakan akan berbasis di AS dan tunduk pada hukum dan regulasi AS. Ide di balik rencana ini adalah agar aturan semacam itu melindungi dari potensi penambangan data dan pengaruh dari pemerintah Tiongkok. Pada tahun 2021, kesepakatan ini masih dalam proses tinjauan oleh pemerintahan Biden.

Tidak hanya di AS, TikTok juga menghadapi pemeriksaan dari UE dan diharuskan mematuhi sepenuhnya Undang-Undang Layanan Digital (DSA) UE yang bertujuan untuk melindungi data pribadi pengguna. UE memberikan batas waktu hingga 1 September 2023, bagi TikTok untuk mematuhi aturan dan regulasi DSA.

Ketidakpatuhan terhadap batas waktu UE berpotensi menyebabkan larangan TikTok di UE, dengan Komisioner UE Thierry Breton menyatakan bahwa UE memiliki aturan privasi yang sangat ketat. TikTok akan tunduk pada audit terkait upayanya untuk menghentikan potensi manipulasi data dan untuk menyaring konten guna melindungi kehidupan dan keselamatan pengguna internet. Jika gagal dalam audit, TikTok dapat dikenakan denda hingga 6% dari total pendapatannya dan mungkin menghadapi larangan di UE.

Dengan kata lain, popularitas TikTok membuatnya menjadi fokus pengawasan privasi digital di berbagai yurisdiksi, termasuk AS dan UE.

Q&A Tentang Tiktok

Siapa yang Menjadi Pemilik TikTok?

Pemilik mayoritas TikTok adalah ByteDance, sebuah perusahaan teknologi berbasis di Tiongkok. Pada akhir tahun 2020, ByteDance menghadapi tekanan dari pemerintahan Trump saat itu, sehingga mereka setuju untuk membentuk entitas baru yang disebut TikTok Global.

Dalam skema ini, ByteDance akan tetap memiliki 80% saham TikTok Global, sementara Oracle dan Walmart akan menjadi pemegang saham minoritas dan mitra asal Amerika Serikat. Kesepakatan ini, seperti yang dilaporkan oleh The Wall Street Journal, tertunda menunggu tinjauan dari pemerintahan Biden, dan statusnya masih belum jelas pada bulan Februari 2021.

Bagaimana Cara Berinvestasi dalam Saham TikTok?

Sayangnya, berinvestasi dalam saham TikTok tidaklah mungkin karena TikTok sepenuhnya dimiliki secara pribadi oleh ByteDance. Rencana sebelumnya untuk membentuk TikTok Global dan melakukan penawaran umum perdana (IPO) juga masih tertunda.

Apakah TikTok Terdaftar di Bursa Saham?

Tidak, TikTok belum terdaftar dan diperdagangkan secara publik di bursa saham saat ini. Untuk informasi lebih lanjut, perhatikan pengumuman terkait IPO TikTok Global jika ada.

Apakah TikTok Dilarang?

Pada tahun 2022, TikTok mengalami larangan di India dan Pakistan, sementara sebelumnya sempat dilarang namun kemudian dipulihkan di negara lain seperti Indonesia dan Bangladesh.

Presiden Donald Trump mengancam akan melarang TikTok di Amerika Serikat pada tahun 2020, tetapi kemudian mencabut ancamannya setelah mencapai kesepakatan dengan pemilik ByteDance. Kesepakatan tersebut melibatkan pemisahan TikTok sebagai entitas terpisah yang disebut TikTok Global, dengan kepemilikan minoritas oleh perusahaan Amerika Serikat, Oracle dan Walmart.

TikTok pertama kali diluncurkan pada bulan September 2016. Aplikasi ini sangat populer dengan lebih dari 3,5 miliar unduhan di seluruh dunia. TikTok memungkinkan pengguna membuat video pendek sekitar 15–30 detik dan membagikannya di dalam komunitas aplikasi. Kontennya sebagian besar bersifat hiburan, kelucuan, dan komedi.

Saati ini, TikTok sepenuhnya dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, ByteDance, yang menimbulkan kekhawatiran terkait privasi dan kepemilikan. TikTok telah dihadapkan pada larangan di India karena alasan keamanan nasional, dan sejumlah pemerintah di AS serta UE mempertimbangkan tindakan serupa terkait keprihatinan privasi dan kepemilikan oleh perusahaan asing.

Situasinya dinamis, dan TikTok telah menyatakan komitmennya untuk memenuhi pedoman UE terkait privasi. Sementara itu, di AS, kepemilikan oleh perusahaan Tiongkok membuat ByteDance mungkin harus menjual sebagian TikTok kepada mitra AS yang masih harus ditentukan.

Related Post

Review Aplikasi SnapChat Serta Cara Menggunakannya

2 Cara Menghapus Halaman Facebook dengan Cepat Kenali Juga Dampaknya

Cara Live Streaming di Facebook dengan Mudah Hanya Lewat HP

Lenkap, Berikut Fitur dan Fungsional Instagram yang Harus Kamu tahu

Tinggalkan komentar