Mengenal Fintech Crowdfunding dan 4 Jenisnya di Indonesia

By TeknologiEdu.com

Updated on:

Crowdfunding

Salah satu jenis financial technology (fintech) yaitu, Crowdfunding atau urun dana merupakan salah satu jenis fintech yang sedang populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Crowdfunding sendiri merupakan sebuah teknik pendanaan untuk proyek atau unit usaha yang melibatkan masyarakat secara luas.

Secara garis besar, fintech ini mempunyai fungsi untuk meningkatkan daya serap dana investasi dari masyarakat. Ide fintech ini sendiri pertama kali dicetuskan di Amerika Serikat pada tahun 2003. Peluncuran sebuah situs patungan musisi bernama Artistshare jadi embrionya.

Dalam situs tersebut, para musisi berusaha mencari dana dari para penggemarnya agar bisa memproduksi sebuah karya. Dari sana, kemunculan situs-situs crowdfunding lainnya kian merebak.

Di Indonesia, jenis fintech ini atau lebih populer disebut equity/securities crowdfunding digunakan untuk memperluas akses pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso beberapa waktu lalu mengatakan, perkembangan securities crownfunding akan jadi alternatif sumber pendanaan. Inovasi ini dapat jadi solusi untuk generasi muda dan UMKM yang belum bankable untuk mengembangkan bisnis.

Daftar Fintech Crowdfunding di OJK

Sampai saat ini, OJK mencatat setidaknya ada tujuh platform yang sudah terdaftar, diantaranya adalah :

  1. Santara
  2. Bizhare
  3. Crowdana
  4. LandX
  5. Dana Saham
  6. SHAFIQ
  7. FundEx.

Dalam dua tahun terakhir, hanya ada 3 tambahan pemain baru dalam sektor ini. Catatan OJK mengatakan, industri crowd funding telah menghimpun dana senilai Rp437 miliar per Februari 2022 dari 96.432 entitas pemodal. Angka tersebut naik, mengingat pada tahun 2021 jumlah pemodal di platform securities crowdfunding hanya 22.341 pemodal.

Peningkatan jumlah pemodal juga dibarengi dengan lahirnya lebih banyak penerbit yang listing bisnisnya melalui skema urun dana.

Tercatat sebanyak 193 penerbit berhasil listing pada 7 platform Equity/Securities Crowdfunding di tahun 2021 yang berarti terdapat peningkatan sebanyak hampir 50 persen dari tahun sebelumnya.

OJK menilai, hal ini bisa menambah lapangan pekerjaan untuk masyarakat.

Meskipun demikian, pertumbuhan fintech ini masih cukup lambat. Sebabnya, masyarakat masih ketergantungan dengan perbankan sebagai industri keuangan konvensional. Pinjaman modal masyarakat dalam bentuk kredit masih didominasi sektor perbankan.

Dikutip dari sikapiuangmu.ojk.id, berikut adalah empat jenis perusahaan tekfin crowdfunding berdasarkan cara kerjanya.

1. Donation Based

Sesuai namanya, para pendonor yang menyetorkan modalnya tidak mendapat imbalan apapun dari proyek yang diajukan. Biasanya dalam donation based, crowdfunding diperuntukkan untuk proyek-proyek yang bersifat non-profit seperti membangun panti asuhan, sekolah, dan sebagainya.

Salah satu yang ada di Indonesia adalah Kitabisa.com. Pada tahun 2017, PT Regio Aviasi Industri (RAI) membuka penggalangan dana untuk pengembangan pesawat buatannya R80. Seperti diketahui pesawat tersebut adalah rancangan Presiden Ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie.

Crowdfunding itu dilakukan secara online melalui situs crowdfunding Kitabisa.com. Waktu itu, tercatat hasil urun dana mencapai Rp 1,99 miliar.

2. Reward Based

Pada jenis ini, mereka yang mengajukan proposal biasanya memberikan penawaran berupa hadiah atau imbalan lainnya berupa barang, jasa atau sebuah hak. Mereka tidak memberikan bagi hasil dari keuntungan yang didapat dari proyek tersebut.

Crowdfunding jenis ini biasanya diperuntukkan untuk proyek dari industri kreatif seperti games atau musik. Para donatur yang mendanai proyek tersebut akan diberikan fitur-fitur menarik dari produk yang didanai.

3. Debt Based

Sebenarnya crowdfunding jenis ini sama dengan pinjaman biasa. Para calon debitor akan mengajukan proposalnya dan para donatur atau kreditur akan menyetorkan modal yang dianggap sebagai pinjaman dengan imbal balik berupa bunga.

4. Equity Based

Konsepnya sama seperti saham. Uang yang disetorkan akan menjadi ekuitas atau bagian kepemilikan atas perusahaan dengan imbalan dividen.

Di Indonesia tekfin ini lebih populer disebut equity/securities crowdfunding.

Tekfin crowdfunding ini sering digunakan untuk memperluas akses pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sampai sekarang, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada tujuh platform yang sudah terdaftar sebagai equity crowdfunding, yaitu :

  1. Santara
  2. Bizhare
  3. Crowdana
  4. LandX
  5. Dana Saham
  6. SHAFIQ
  7. FundEx.

Dalam dua tahun terakhir, hanya ada 3 tambahan pemain baru dalam sektor ini. Demikian bahasan mengenai Crowdfunding dan 4 jenisnya di Indonesia.

Related Post

Cara Beli Tiket Kereta Cepat Whoosh, Kenali Jadwal dan Fasilitasnya

Cara Mengecek Pengumuman dan Mengajukan Sanggah Seleksi Administrasi CPNS 2023

Cara Naik LRT JABODETABEK: Kenali Rute, Jadwal dan Tarifnya

Cara Mengidentifikasi Tren Pasar Saham untuk Keputusan Pembelian yang Bijak

Tinggalkan komentar