Dalam era digital yang terus berkembang pesat, dompet digital telah menjadi solusi modern yang memudahkan kita untuk melakukan transaksi keuangan tanpa perlu membawa uang tunai fisik.
Saat ini layanan fintech OVO genap berusia empat tahun. Di usianya yang terbilang masih sangat muda, OVO akan terus mengembangkan bisnisnya agar tidak hanya dikenal sebagai penyedia dompet digital.
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan OVO kini sudah semakin matang, terutama setelah menyandang status sebagai unicorn.
Dalam empat tahun berkiprah di Indonesia, OVO sudah mengembangkan beberapa produk untuk menghadirkan layanan keuangan terpadu di aplikasinya.
“Salah satu inovasi yang diluncurkan OVO adalah di area investment bekerjasama dengan Bareksa sebagai salah satu e-investment platform di Indonesia. OVO meluncurkan sebuah terobosan yang saya kira baru pertama kali terjadi di Indonesia di mana terjadi deep integration antara e-money dan e-investment,” kata Karaniya dalam konferensi pers virtual, Selasa 28 September 2021.
“Kita lihat untuk pertama kalinya uang atau dana investasi yang diinvestasikan melalui aplikasi e-money itu dengan mudah dibelikan reksadana pasar uang dan saat dijual uangnya langsung masuk ke OVO Cash yang bersangkutan dengan mekanisme instant redemption. Ini sebuah terobosan yang penting yang saya kira akan jadi milestone bagi dunia investasi kita ke depan,” imbuhnya.
Selain itu, OVO juga turut berperan dalam membantu pembangunan ekonomi di tengah pandemi COVID-19. Salah satunya dengan membangun platform Kartu Prakerja dan distribusi dana bantuan hingga Rp 6,3 triliun.
Sebagai penyedia layanan pembayaran digital, Karaniya mengatakan OVO sudah hadir di 430 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia dan merangkul 1,2 juta merchant di mana 90% lebih di antaranya merupakan UMKM.
“Perlu dicatat ini termasuk yang mikro dan nano, artinya termasuk warung, kedai-kedai, pedagang kaki lima dan sebagainya. Saya rasa ini salah satu milestone yang penting bukan hanya membanggakan bagi OVO tapi penting maknanya bagi perekonomian kita secara nasional,” kata Karaniya.
Sementara itu, studi dari CORE Indonesia menemukan literasi dan inklusi keuangan di kelompok pelaku UMKM meningkat setelah menggunakan OVO. 43% mitra UMKM yang tergabung dengan OVO mulai menabung di bank, dan 46% mulai menggunakan jasa transfer dana.
Dalam kesempatan yang sama, Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit berharap OVO bisa segera hadir melayani semua masyarakat Indonesia. Tapi berkaca dari pengalaman empat tahun belakangan ini, jalan menuju mimpi tersebut tentu diwarnai tantangan.
“Kembali lagi sih ke kebutuhan edukasi dan sosialisasi itu, mengingat kita sudah 270 juta penduduk dan ribuan pulau, ini tugas yang masih panjang. Tapi kami mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak dan menurut kami pendekatan inklusif ini yang bisa mendorong percepatan transformasi digital itu,” pungkas Harumi.